Postingan

Happy Birthday to Me and You!

Gambar
  ---sebuah cerita di 28 Desember 2020 Euforia perayaan hari lahir memberi esensi berbeda setidaknya saat lilin yang menanti untuk ditiup itu tak lagi seorang diri. Berdua dan diawali dengan dua pula. Manusia menciptakan tradisi berisi sukacita yang sebenarnya berupa tamparan realita. Yang terlihat usia berwujud butir-butir angka, hanya saja menyimpan semacam beban yang tak pernah terlintas di cakrawala pemikiran seorang anak yang baru saja menaklukkan si jago merah di ujung kepala benda berlambangkan 5. Sepanjang bersemayam di bumi, sepanjang ingatan ini tak berdusta, aku melewati hari istimewa itu dengan begitu istimewanya. Memulai dan menutup hari dengan gaya berbeda dari hari biasa lainnya. Aku terdoktrin dengan gaya berpikir anak 5 tahun itu, tentang istimewa ialah serba istimewa meskipun hanya berlaku sepanjang 24 jam saja. Pernah suatu malam, saat sepasang lilin bertuliskan 23 hendak meleburkan diri dimakan riuh lirih lantunan lagu sakral dengan nada sekenanya dari para penyanyi

Kata-kata Untuk Pertemanan

Gambar
  Selamat datang Desember! Penghujung 2020, ada satu hal yang ku kira tak akan jadi masalah, namun nyatanya sedikit mengganggu. Overthinking . Kebiasaan ini sudah ku coba tinggalkan saat aku belajar berdamai dengan diri sendiri beberapa waktu lalu. Tapi justru belakangan ini, aku merasa sedikit overthinking tentang hal-hal seperti impian, karir, masa depan, dan hal klasik: pertemanan.  Tentang pertemanan menurut ku ada esensi berbeda di kala pandemi seperti ini. Orang-orang dulu berlalu-lalang dan mengisi keseharian dengan entitas nyata yang sering kali kita sebagai individu terjerumus dalam " take it for granted " dan kurang apresiasi terhadap eksistensi.  Sudah cukup lama sejak aku dan beberapa teman hanya sekedar bertukar kata lewat pesan singkat atau bertemu dalam dunia maya untuk sekedar update kehidupan. Lalu sejenak, ntah apa gerangan, aku terdiam dan mulai menyadari: hanya beberapa teman yang masih berlaku seperti dulu. Bertegur sapa tanpa alasan dan bertukar cerita s

Untuk Eyang Sapardi Djoko Damono

Gambar
Bulan lalu saat hatiku merindu di bumi Jatinangor, air mataku mengucur ditemani sajak mu yang membuat suasana semakin merajalela.  Ku senandungkan dalam kata-kata "Sapardi tak keliru, hujan bulan Juni mengandung rindu" Bulan lalu, saat seorang sahabat mengulang hari lahir bahagianya, ku selipkan sajak indahmu dalam surat yang kukirim padanya, tulisku "yang fana adalah waktu, kita abadi" sambil ku sematkan nama indahmu.  Beberapa waktu lalu,  Di lini masa instagramku, terpampang perpaduan wajah Eyang bersama seorang yang juga ku kagumi, Joko Pinurbo.  Betapa bahagianya diri ini melihat kedua idolaku bersama. Senyumku merekah membayangkan akan seperti apa jika aku berhasil berbincang dan bertukar pikiran dengan beliau-beliau ini.  Masih ada kerinduan hati yang belum sampai, mendengar Eyang membaca larik-larik indah puisi secara langsung. Satu penyesalan dalam diri karena impian bertemu dengan mu tak lagi bisa kuwujudkan. Hanya melalui puisi ku b

Murid Kelas Satu - Puisi

Gambar
Suatu malam di sebuah kota kecil bernama Jatinangor, seorang gadis terisak pelan dengan pipinya dibuai lembut hujan bulan Juni. Sapardi tak keliru, hujan bulan Juni mengandung rindu, membelenggu kesendirian bermandi cahaya purnama di bawah cakrawala. Sang gadis perlahan mengatur nafasnya, pelan-pelan matanya terpejam, tak main-main rindu semakin menggebu-gebu, bak sang raja siang kembali ke peraduan terburu-buru, kala kita menikmati senjanya sore itu. Ketika insomnia menyerang, imajinasi kembali bersarang. Insomnia seolah tak kenal lelah merecoki alam bawah sadar sang gadis Seperti sebuah ritual, dirinya akan hanyut bermain bersama fantasi. Tak ada saksi, segala membisu, hanya dirinya dalam imajinasi mencoba mengitari dunia tanpa sisi. Perasaannya tak menentu, semacam gelora rindu yang menyeru. Tiba-tiba saja ia rindu menjadi anak kelas satu. Di sebuah sekolah dasar dia disambut sebagai murid baru. Sang gadis rindu menjadi lugu, tersipu malu-malu di hadapan guru, d

KANDAS - Cerita Pendek (Cerpen)

Gambar
Senyap malam kali ini tiada tanding. Jangkrik seolah enggan adu suara tak seperti sedia kala. Malam yang panjang pun akan berlalu juga, desahku. Berbaring di atas dipan lalu berdiri menghadap bulan, kuulangi aktivitas seperti orang linglung tersesat di pikiran sendiri. Apa yang kau sesali? Bukankah semua ini inginmu? Sudah terjadi kenapa malah bersedih? Batinku seolah meronta-ronta tak sanggup menerima keputusan yang kuambil siang tadi kala perdebatan panjang dengan Ibu. Tok..tok…tok…, “ Mas.. ” suara lirih ibu terdengar di balik pintu kayu sebuah kamar kecil yang ku huni. “ Tak apa, ibu akan baik-baik saja tadi hanya terbawa emosi. Pergilah Mas, kejar anganmu ”, wanita renta itu mengakhiri ucapannya lalu berdeham pelan. Lambat laun tak terdengar suara sama sekali. Aku berjalan menghampiri sosok di balik pintu yang ku yakin masih menunggu kehadiranku. “ Aku pasti pulang bu, tak usah gusar hati mu. Anakmu ini tahu diri. Kelak saat aku pulang ku belikan songket seperti Bi

Celotehan Berbobot Najwa Shihab dan Agnes Mo: Tentang Perempuan dan Anak Muda

Gambar
Isu tentang kesetaraan gender sepertinya masih akan terus hangat dibicarakan di ruang publik selama komparasi antara pria dan wanita terus terjadi. Patriarki yang mengakar memang akan menjerumuskan kita pada kesalahan berpikir tentang bagaimana posisi dan kodrat pria dan wanita seharusnya berada. Munculnya gerakan feminis sebenarnya bukan mengerdilkan derajat kaum adam melainkan empowering wanita sebagai kaum yang setara namun tidak sama dengan pria. Bicara tentang kesetaraan bukan berarti persamaan. Perbedaan adalah karakter yang memang wanita dan pria harus terima. Isu kesetaraan tidak sebatas sama-sama harus berada pada posisi yang sama, tapi menitik beratkan pada keadilan dalam setiap perbedaan yang ada. Setelah menonton video Youtube di channel Narasi yang berisi celotehan berbobot antara Najwa Shihab dan Agnez Mo, saya semakin percaya bahwa baik wanita maupun pria memiliki freedom untuk bermimpi. Siapa pun bisa menjadi apa yang dia impikan tidak terkecuali wanita dan

BJ. Habibie, Si Mata Jenaka Itu Kini Bersua Kembali Dengan Gula Jawa-nya

Gambar
Setelah kepergian Ibu Negara Indonesia ke-6 mendiang Kristiani Herrawati atau akrab disapa Ani Yudhoyono pada 1 Juni 2019 lalu, Indonesia kembali mengibarkan bendera setengah tiang. Lambang berkabungnya negri ini. Ibu pertiwi kembali menangis melepas duka atas kepergian salah satu Putra terbaiknya, BJ. Habibie pada Rabu, 11 September 2019 di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat. Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, bapak teknologi Indonesia juga seorang ilmuwan kelas dunia yang pola pikirnya tak main-main memandang masa depan. Cita-cita dan visi-misi nya memberantas keterpurukan bangsa ini dari segala persoalan yang terjadi. Masa jabatan BJ. Habibie sebagai presiden memang menjadi periode paling singkat dalam sejarah pemerintahan Indonesia, namun kebijakan-kebijakannya ‘bersuara’ bahkan di kancah internasional. Wajar saja kepergian Habibie menggemparkan seluruh nusantara bahkan luar negri. Jasa, ilmu, serta pemikiran yang beliau titipkan selama hidupnya akan menjadi ase