---sebuah cerita di 28 Desember 2020
Euforia perayaan hari lahir memberi esensi berbeda setidaknya saat lilin yang menanti untuk ditiup itu tak lagi seorang diri. Berdua dan diawali dengan dua pula.
Manusia menciptakan tradisi berisi sukacita yang sebenarnya berupa tamparan realita. Yang terlihat usia berwujud butir-butir angka, hanya saja menyimpan semacam beban yang tak pernah terlintas di cakrawala pemikiran seorang anak yang baru saja menaklukkan si jago merah di ujung kepala benda berlambangkan 5.
Sepanjang bersemayam di bumi, sepanjang ingatan ini tak berdusta, aku melewati hari istimewa itu dengan begitu istimewanya. Memulai dan menutup hari dengan gaya berbeda dari hari biasa lainnya.
Aku terdoktrin dengan gaya berpikir anak 5 tahun itu, tentang istimewa ialah serba istimewa meskipun hanya berlaku sepanjang 24 jam saja.
Pernah suatu malam, saat sepasang lilin bertuliskan 23 hendak meleburkan diri dimakan riuh lirih lantunan lagu sakral dengan nada sekenanya dari para penyanyi amatir, seorang gadis terdiam sejenak. Pikirannya disinggahi pertanyaan yang sebenarnya hanya membuatnya membuang-buang waktu. Entah apa gerangan, layaknya manusia yang suka menelaah setiap kejadian, ia mencoba menganalisis hal remeh-temeh.
Ia tanyakan pada dirinya apa pentingnya eksistensi nya bagi mereka yang turut mengaku berbahagia. Belakangan, ia memang sedikit memusingkan perkara-perkara di bawah langit. Ia menduga-duga apakah tiap untaian doa yang dialamatkan untuk penghuni langit dengan menyertakan nama nya itu berlambang ketulusan atau sekedar formalitas ritual tahunan?
Ia menyadari tentang menjadi dewasa berarti siap dengan konsekuensi overthinking (lagi, lagi) karena sejatinya, ia gemar sekali mengusik akal sehatnya walau berujung tenggelam di dasar pemikiran yang sama.
Bukan tanpa alasan, ia menerka-nerka pertanyaan konyol yang sebagian belum mampu terjawab itu untuk membuatnya sadar bahwa tak selamanya bahkan di hari istimewa pun, dirinya selalu menjadi pemeran utama bagi orang lain.
Akan selalu ada yang mencoba memprioritaskan walau mungkin di nomor kesekian.
Sebelum lilin 23 itu meluluhlantakkan sebagian entitasnya, ia segera mengakhiri kobaran api kecil itu sesaat ia melantunkan amin yang sungguh diaminkannya malam itu.
Ia bisikkan pada dirinya:
"sudah dewasa..."
Selamat bertambah usia untuk setiap makhluk di bumi yang mengulang hari kelahiran. Hari ini istimewa terlepas dari sepotong kue manis yang menunggu dicicip, atau mungkin lilin yang kian ganas membakar dirinya. Terlepas dari jumlah bingkisan yang dialamatkan ke rumahmu, hari ini istimewa karena kamu masih ada dan bertahan.
Selamat ulang tahun!
-devi Simbolon