Untuk Eyang Sapardi Djoko Damono
Bulan lalu saat hatiku merindu di bumi Jatinangor,
air mataku mengucur ditemani sajak mu yang membuat suasana semakin merajalela.
Ku senandungkan dalam kata-kata
"Sapardi tak keliru, hujan bulan Juni mengandung rindu"
Bulan lalu, saat seorang sahabat mengulang hari lahir bahagianya,
ku selipkan sajak indahmu dalam surat yang kukirim padanya,
tulisku "yang fana adalah waktu, kita abadi" sambil ku sematkan nama indahmu.
Beberapa waktu lalu,
Di lini masa instagramku, terpampang perpaduan wajah Eyang bersama seorang yang juga ku kagumi, Joko Pinurbo.
Betapa bahagianya diri ini melihat kedua idolaku bersama.
Senyumku merekah membayangkan akan seperti apa jika aku berhasil berbincang dan bertukar pikiran dengan beliau-beliau ini.
Masih ada kerinduan hati yang belum sampai,
mendengar Eyang membaca larik-larik indah puisi secara langsung.
Satu penyesalan dalam diri karena impian bertemu dengan mu tak lagi bisa kuwujudkan.
Hanya melalui puisi ku bisa terus merasakan hadirnya sosokmu
Kini biarlah suaramu bersenandung indah di relung hati yang masih hancur.
Betapa keabadian sungguhlah jiwa-jiwa yang merindu..
Tenang di sana Eyang, karyamu untuk selamanya.
Duka ku abadi, Eyang
RIP SAPARDI DJOKO DAMONO
-devi Simbolon