Kata-kata Untuk Pertemanan
Selamat datang Desember!
Penghujung 2020, ada satu hal yang ku kira tak akan jadi masalah, namun nyatanya sedikit mengganggu. Overthinking. Kebiasaan ini sudah ku coba tinggalkan saat aku belajar berdamai dengan diri sendiri beberapa waktu lalu. Tapi justru belakangan ini, aku merasa sedikit overthinking tentang hal-hal seperti impian, karir, masa depan, dan hal klasik: pertemanan.
Tentang pertemanan menurut ku ada esensi berbeda di kala pandemi seperti ini. Orang-orang dulu berlalu-lalang dan mengisi keseharian dengan entitas nyata yang sering kali kita sebagai individu terjerumus dalam "take it for granted" dan kurang apresiasi terhadap eksistensi.
Sudah cukup lama sejak aku dan beberapa teman hanya sekedar bertukar kata lewat pesan singkat atau bertemu dalam dunia maya untuk sekedar update kehidupan.
Lalu sejenak, ntah apa gerangan, aku terdiam dan mulai menyadari: hanya beberapa teman yang masih berlaku seperti dulu. Bertegur sapa tanpa alasan dan bertukar cerita secara spontan. Bukan perkara ada sesuatu untuk dirundingkan. Lalu aku mulai berpikir tentang yang orang-orang katakan bahwa semakin dewasa sirkel pertemanan semakin menyempit, aku berunding dengan diri sendiri: apakah pertemanan memiliki semacam seleksi alam?
Sejauh ini jawaban hipotesis yang kuterima berbanding lurus. Dan aku mulai overthinking lagi akan hal ini.
Tentang pertemanan, sebuah klise yang selalu berhasil membuat hati gusar, namun masih ada ruang untuk menilik sudut pandang yang berbeda.
Yang ku tahu, aku bersyukur untuk mereka yang masih bertahan sebagai teman yang tak sekedar ada di lini masa dunia maya tapi hadir sebagai "raga" seperti sediakala.
-devi Simbolon