Celotehan Berbobot Najwa Shihab dan Agnes Mo: Tentang Perempuan dan Anak Muda



Isu tentang kesetaraan gender sepertinya masih akan terus hangat dibicarakan di ruang publik selama komparasi antara pria dan wanita terus terjadi. Patriarki yang mengakar memang akan menjerumuskan kita pada kesalahan berpikir tentang bagaimana posisi dan kodrat pria dan wanita seharusnya berada. Munculnya gerakan feminis sebenarnya bukan mengerdilkan derajat kaum adam melainkan empowering wanita sebagai kaum yang setara namun tidak sama dengan pria.
Bicara tentang kesetaraan bukan berarti persamaan. Perbedaan adalah karakter yang memang wanita dan pria harus terima. Isu kesetaraan tidak sebatas sama-sama harus berada pada posisi yang sama, tapi menitik beratkan pada keadilan dalam setiap perbedaan yang ada.

Setelah menonton video Youtube di channel Narasi yang berisi celotehan berbobot antara Najwa Shihab dan Agnez Mo, saya semakin percaya bahwa baik wanita maupun pria memiliki freedom untuk bermimpi. Siapa pun bisa menjadi apa yang dia impikan tidak terkecuali wanita dan anak muda.

Wanita dan anak muda menjadi salah satu poin yang saya highlight. Begitu epic ke-2 wanita yang sukses dengan caranya masing-masing ini berani berbicara bagaimana selama ini wanita didiskreditkan dari lingkungan sosial bahkan mendapat banyak diskriminasi dari berbagai aspek kehidupan.
Kodrat lahir sebagai wanita seolah sudah seharusnya mengikuti aturan dan norma yang berlaku di masyarakat seperti cara berpakaian, bersosial, berumah tangga, bahkan bermimpi sekali pun ada takarannya. Berbeda dengan pria yang sering mendapat pewajaran dalam setiap tindakan yang diambil.

Kali ini Najwa Shihab dan Agnez Mo berhasil menyuarakan bagaimana perempuan seharusnya dipandang dari kacamata yang sama dengan pria. Menghilangkan barriers yang selama ini menjadi tameng penghalang dan pengekang kebebasan sang wanita.

Dalam hal ini, kita harus memandang patriarki yang mendarah daging bukan lagi mejadi sebuah masalah besar karena nyatanya solusi itu nyata di depan kita dan kita adalah solusi itu sendiri. Komunitas wanita adalah key success yang mampu mendobrak keterpurukan persepsi tentang superior pria atas wanita yang selama ini seolah diaminkan.
Sesama perempuan harus saling mendukung, saling berangkulan dan memapah satu sama lain untuk mampu berjalan menuju gerbang kebebasan berpendapat, kebebasan bermimpi setinggi pria, kebebasan mengambil tindakan, dan jutaan kebebasaan lainnya yang selama ini hanya menjadi angan-angan yang hampir sirna akibat inequality yang dimaklumkan.

Anak muda generasi penerus bangsa juga kerap sekali dipandang sebelah mata. Usia menjadi tolok ukur kemampuan seseorang berkarya walau nyatanya tidak melulu seperti itu. Sebagai salah seorang kaum muda, saya juga merasa tertampar sekaligus tertantang saat mendengar salah satu quotes Agnes Mo yang isinya “don’t let them talk down on you just because you are young”.
Di samping pandangan orang-orang yang menilai anak muda sebatas ‘bisa apa sih umur segitu?’ atau ‘mikir juga belum mateng udah mimpi tinggi banget’, sengaja atau tidak anak muda itu sendiri mungkin pernah menjadi pelaku yang mendiskreditkan dirinya sendiri. Tidak melulu dari luar, kerap kali sebelum memandang dunia luar kita sudah insecure sendiri.

Potongan lirik lagu Muda milik Agnez Mo bisa menjadi perenungan singkat untuk kita, untuk tidak lagi mengkhawatirkan orang-orang yang sibuk berkomentar di luar sana tentang kita tanpa tahu proses yang kita jalani :
Never in your life, let them talk to you like you can’t
Yes, you’re young but you’re right
Walk your miles, do your part with a smile
Cause you’re young

Penah dengar ada yang mengatakan selagi muda jangan takut salah? Memang begitu seharusnya, tidak perlu takut salah yang penting berusaha. Sungguh privilege yang luar biasa, bukan?

Saat ini kita harus berani mendobrak pikiran lama tentang apa saja yang membatasi seseorang meraih impian dan menghalanginya mengikuti jalan menuju pencapaian jati diri.

Di era yang apa-saja-bisa ini, kita tidak lagi harus meributkan tentang istri idaman yang harus pandai memasak atau anak muda yang terpaksa ‘minim berpendapat’ karena lingkungan sosial mengekang kebebasan. Di era yang apa-saja-bisa ini kita harus sama-sama mengedepankan kesetaraan baik gender dan usia. Keadilan adalah kunci kesejahteraan bersama.



-devi Simbolon

(ditulis pada 7 Feb 2020)

Postingan populer dari blog ini

Happy Birthday to Me and You!

Untuk Eyang Sapardi Djoko Damono

Kata-kata Untuk Pertemanan